Jejak Benang Kusut dalam Untaian Kehidupan yang Terlewatkan
Kepul asap yang kian menghitam
Obrolan yang semakin memanas
Menghanguskan setiap hati disebrangnya
Membabat habis roda-roda waktu
Kepada tuan waktu diri ini berserah
Bunuh saja akan itu sia-sia
Berlarut-larut tubuh ini berada dikerumunannya
Aahhhhhhhh
Erangan dari teriakanku yang tidak pernah didengar mereka
Nanah-nanah dari luka yang tidak pernah terobati
Lebih membuat pita memori kian kusut
Kegelisahan, ketakutan, kesakitan
Tak apa aku berada diantara mereka
Daripada menjadi berpura-pura untuk bisa diantara “mereka”
Sekali ini saja aku berharap
Mungkin diri ini semakin rapuh
Mungkin diri ini sudah terlanjur retak dan terpecah belah sedari awal
Jalan yang membawaku
Arus sungai yang menghanyutkan diri ini
Selalu membawa pada pola yang sama
Pentingkah memilih jalan tuk mencapai garis yang sama?
Aku hanya tahu tuk semakin larut diderasnya lalu lalang manusia
Semakin dan semakin tidak mengenali seorang
Seseorang yang sudah aku lupakan berupa diriku ini
Aku benar-benar tidak ingat bagaimana raut makna diri ini
Apa yang sudah aku lakukan
Membuka pintu baru yang tidak pernah terbuka sebelumnya
Menanam benih baru yang tidak akan bisa tumbuh setelahnya
Mengukir jalan baru yang tidak akan pernah ada tujuan padanya
Membuka lembaran baru pada lembaran yang tak tersisa
Apa yang sudah aku lakukan
…
Memutari jalan dengan kesenangan berlapis-lapis bayangan
Menakutkan untuk mengatakan cahaya pada mereka
Antarkan diri ini tuk keluar dari sarangnya
Kesadaran ini sudah terjebak dengan kerangkeng dilehernya
Kesadaran sama yang terjebak pada pasir layu
Menyalahkan waktu tuk semua yang diberikan pada waktu
Sungguh betapa sia-sia
Membiarkan rajutan benang kehidupan makin pucat
Berjalan seolah tidak ada beban pada bahunya
Namun, dalam zirahnya
Menyeret setiap isak yang dapat dia bawa
Menggalkan jejak benang kusut
Dalam peratapan pada kehidupan yang terlewati