Jejak Benang Kusut dalam Untaian Kehidupan yang Terlewatkan

Angger Pangestu
2 min readSep 2, 2023

--

Kepul asap yang kian menghitam

Obrolan yang semakin memanas

Menghanguskan setiap hati disebrangnya

Membabat habis roda-roda waktu

Kepada tuan waktu diri ini berserah

Bunuh saja akan itu sia-sia

Berlarut-larut tubuh ini berada dikerumunannya

Aahhhhhhhh

Erangan dari teriakanku yang tidak pernah didengar mereka

Nanah-nanah dari luka yang tidak pernah terobati

Lebih membuat pita memori kian kusut

Kegelisahan, ketakutan, kesakitan

Tak apa aku berada diantara mereka

Daripada menjadi berpura-pura untuk bisa diantara “mereka”

Sekali ini saja aku berharap

Mungkin diri ini semakin rapuh

Mungkin diri ini sudah terlanjur retak dan terpecah belah sedari awal

Jalan yang membawaku

Arus sungai yang menghanyutkan diri ini

Selalu membawa pada pola yang sama

Pentingkah memilih jalan tuk mencapai garis yang sama?

Aku hanya tahu tuk semakin larut diderasnya lalu lalang manusia

Semakin dan semakin tidak mengenali seorang

Seseorang yang sudah aku lupakan berupa diriku ini

Aku benar-benar tidak ingat bagaimana raut makna diri ini

Apa yang sudah aku lakukan

Membuka pintu baru yang tidak pernah terbuka sebelumnya

Menanam benih baru yang tidak akan bisa tumbuh setelahnya

Mengukir jalan baru yang tidak akan pernah ada tujuan padanya

Membuka lembaran baru pada lembaran yang tak tersisa

Apa yang sudah aku lakukan

Memutari jalan dengan kesenangan berlapis-lapis bayangan

Menakutkan untuk mengatakan cahaya pada mereka

Antarkan diri ini tuk keluar dari sarangnya

Kesadaran ini sudah terjebak dengan kerangkeng dilehernya

Kesadaran sama yang terjebak pada pasir layu

Menyalahkan waktu tuk semua yang diberikan pada waktu

Sungguh betapa sia-sia

Membiarkan rajutan benang kehidupan makin pucat

Berjalan seolah tidak ada beban pada bahunya

Namun, dalam zirahnya

Menyeret setiap isak yang dapat dia bawa

Menggalkan jejak benang kusut

Dalam peratapan pada kehidupan yang terlewati

--

--

Angger Pangestu
Angger Pangestu

Written by Angger Pangestu

Hanya orang yang berusaha normal pada umumnya.

No responses yet